Masyumi dan NU merupakan dua partai politik Islam terbesar pada awal masa kemerdekaan Indonesia, paling tidak selama dekade 1950. Mulanya, Masyumi didirikan sebagai partai politik Islam tunggal berdasarkan resolusi Muktamar Umat Islam Indonesia yang dilaksanakan di Yogyakarta pada 7-8 November 1945. Keputusan untuk menjadikan Masyumi sebagai satu-satunya partai Islam merupakan hasil kesepakatan perwakilan umat Islam dalam muktamar tersebut yang ketika itu dihadiri oleh para pemuka organisasi Islam, salah satunya NU.

Sejak awal pembentukan Masyumi, NU muncul sebagai organisasi yang antusias dalam mengerahkan pengikutnya untuk memperkuat kedudukan Masyumi. Wujud partisipasi aktif NU itu dikukuhkan dalam pelaksanaan Muktamar NU di Purwokerto pada 1946. Namun, kebersamaan NU di bawah panji Masyumi tidak bertahan lama. Setelah berjuang bersama, NU memutuskan keluar dari Masyumi pada 1952. Alasan keluarnya NU dari partai tersebut cukup rumit dan kontroversial. Namun—yang jelas—setelah keluar dari Masyumi, NU tampil gemilang dalam gelanggang politik Indonesia. Masyumi yang awalnya meragukan kapasitas orang-orang NU dalam pemerintahan, seketika terhenyak oleh kebangkitannya.

Buku yang kini berada di tangan pembaca, boleh dikatakan sebagai salah satu historiografi Islam yang bertemakan politik. Buku ini merupakan hasil adaptasi dari skripsi penulis pada jenjang S1 Pendidikan Sejarah di FKIP Universitas Siliwangi (Unsil) berjudul Dinamika Hubungan Partai Masyumi dengan Partai Nahdlatul Ulama (NU) Tahun 1952-1960. Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan dewan penguji pada 30 Maret 2023 yang lalu. Semoga ada ibrah yang bisa kita ambil. Selamat membaca!